‘Tesla vs Bitcoin’ bisa menjadi titel film sci-fi futuristik yang menarik. Tapi benar apa adanya: Elon Musk dkk. Tengah mengampanyekan penggunaan cryptocurrency lain yang menggunakan energi 1% lebih kecil ketimbang bitcoin. Elon Musk sebagai CEO merk mobil listrik terkenal di dunia, tentu memiliki kekhawatiran akan dampak merusak lingkungan yang dihasilkan dari transaksi bitcoin. Bingung memulai darimana mengenai persoalan ini? Apa itu bitcoin dan bagaimana ia bisa memberikan dampak buruk terhadap Bumi? Simak penjelasan dari TREVO!
Apa itu Bitcoin?
Bitcoin adalah mata uang elektronik yang diciptakan pada 2009 lalu oleh seseorang yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto. Di dunia internet yang semakin terintegrasi dan pembagian data pribadi yang sudah tidak terkendali, bitcoin muncul sebagai solusi transaksi P2P(peer to peer) dengan jalur aman dengan anonimitas terjamin. Bitcoin tidak membutuhkan sebuah penerbit utama dan tempat penyimpanan karena mata uangnya yang tidak berbentuk fisik. Saat penulisan artikel, harga 1 bitcoin sama dengan Rp. 644.406.392! Tidak heran jika orang ingin berinvestasi atau menambang bitcoin – secara harfiah.
Dampak Penambangan Bitcoin pada Lingkungan
Saat ini, tidak semua orang mempunyai 645 juta di kantong mereka. Tapi, semua orang tetap mempunyai kesempatan untuk mendapatkan bitcoin. Caranya? Tambang saja bitcoinnya dengan komputermu! Eh, tidak semudah itu sih. Untuk mendapatkan bitcoin, kamu harus memecahkan kode persamaan hash—jika berhasil menjadi yang pertama memberikan solusi persamaan ini melalui perangkat komputer ia akan mendapatkan imbalan berupa block dari Bitcoin. Dan kode persamaan ini akan diulang setiap 10 menit, setiap ada blockchain baru.
Bagaimana caranya mendapatkan kode persamaan hash? Penambangan bitcoin menggunakan kriptografi dengan fungsi has double SHA-256. Untuk mendapatkan data persamaan ini, dibutuhkan proses pemecahan matematis yang kompleks untuk menyederhanakan begitu banyak data. Jika berhasil memecahkan persamaan hashnya? Kamu akan mendapatkan imbalan berupa block bitcoin yang bisa ditukar.
Dengan begitu banyak data yang harus disaring dan dikomputasi, memecahkan satu kode persamaan hash membutuhkan waktu dan komputer dengan kemampuan proses yang tinggi.
Disinilah, semakin banyak penambang memakai komputer atau bekerjasama, semakin banyak juga untung yang ditambang. Karena kode persamaan diulang setiap 10 menit, bisa diestimasikan energi listrik yang digunakan dari seluruh penambang bitcoin adalah Rp.4.050.349.622.000 atau 4 triliun rupiah. Ini adalah estimasi energi listrik yang terbuangkan oleh Facebook, Amazon, Google, Apple, dan Microsoft dalam 1 tahun(Guardian).
Mengapa ini menjadi sebuah masalah? Kan energi listrik? Nyatanya, mayoritas sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan listrik masih dari sumber yang tidak bisa diperbarukan seperti migas dan batu bara.
Tweet Cetar Elon Musk
Dengan masifnya energi listrik yang dikonsumsi oleh penambangan bitcoin, Elon Musk pun merilis statement melalui akun twitter pribadinya mengenai komitmen Tesla untuk menghentikan segala transaksi menggunakan bitcoin. “Kami khawatir dengan meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil untuk penambangan bitcoin..” kata Elon Musk di statement twitter-nya.
Namun, Elon Musk juga memastikan kalau Tesla masih akan membuka pintu kesempatan untuk transaksi berbasis cryptocurrency, saat moda tersebut bisa lebih bertanggung jawab dalam perannya menjaga lingkungan.
Ambil Peran Dalam Jaga Lingkungan: Car Sharing!
Tidak membeli mobil dan mulai berbagi kendaraan bisa mengurangi 11 mobil di jalan raya. Ingin mencoba rasanya mengendarai mobil premium yang ramah lingkungan seperti Tesla? Kini sudah tersedia di TREVO untuk kamu sewa!
Eksterior Tesla Model 3 Eksterior Tesla Model 3
Cara memesannya? Tinggal ketik ‘Tesla’ di bagan ‘search’ dari host ‘Prestige Indonesia’ dan segera sewa agar kamu bisa mengendarai mobil idaman TANPA BIAYA DEPOSIT!