10 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia, Wajib Tahu! 

pahlawan kemerdekaan RI

Negara kita dapat memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, berkat jasa para pahlawan kemerdekaan Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan adalah seseorang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Prajurit yang gagah berani juga merupakan definisi pahlawan dalam kamus.

Untuk aksi heroiknya, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional. Artinya, perbuatan tersebut dapat dikenang dan diteladani oleh warga negara Indonesia untuk selama-lamanya, atau perbuatan tersebut memberikan pelayanan yang luar biasa kepada bangsa Indonesia.

Negara kita memiliki banyak pahlawan kemerdekaan yang kepadanya kita dapat memberikan penghormatan sambil juga mencontoh sikap positif mereka.

“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”  – Ir. Soekarno

Ir. Soekarno 

​​Sukarno, yang juga dikenal sebagai Bung Karno, lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901. Ia terlibat dalam kegiatan pergerakan nasional sejak menyelesaikan studinya di HBS Surabaya.

Menyusul tindakannya, Bung Karno menjadi Presiden pertama Indonesia, menjabat dari tahun 1945 hingga 1967.

Bung Karno memainkan berbagai peran, mulai dari menggagas dasar negara Pancasila hingga menjadi proklamator dan orator yang membangkitkan semangat perjuangan rakyat.

Bung Karno meninggal dunia pada 21 Juni 1970, dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Drs. Moh. Hatta

Bung Hatta lahir di Bukittinggi pada 9 Agustus 1902. Pahlawan nasional ini pernah menduduki berbagai posisi penting, termasuk perdana menteri di kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS.

Wakil Presiden pertama Indonesia ini juga dikenal sebagai “Bapak Koperasi”. Yang Memproklamirkan Pahlawan adalah dia dan Bung Karno. Bung Hatta meninggal pada Maret 1980 di Jakarta.

R.A. Kartini 

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879, sebagai putri Bupati Jepara. Semasa hidupnya, ia memperjuangkan kesetaraan perempuan dan mendirikan Yayasan Kartini, sebuah sekolah perempuan, pada tahun 1912. Sekolah Kartini dapat ditemukan di Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan kota-kota lain di Indonesia.

Kartini meninggal ketika masih muda, pada 17 September 1904 di Rembang, dalam usia 25 tahun. Surat-surat Kartini dihimpun dalam buku Setelah Gelap Terbitlah Terang.

Cut Nyak Dien 

Cut Nyak Dien, seorang pahlawan dari Aceh Besar, lahir pada tahun 1848. Selama Perang Aceh, ia bertugas memimpin pasukan melawan Belanda.

Cut Nyak Dien tidak takut melawan Belanda karena ingin membalas kematian suaminya dalam perang. Perjuangan Cut Nyak Dien juga memperkenalkannya pada Teuku Umar yang menjadi suami keduanya.

Sayangnya, ia ditangkap, diasingkan, dan meninggal pada 6 November 1908 di Sumedang. Cut Nyak Dien juga dimakamkan di sana.

Haji Agus Salim

Haji Agus Salim memainkan peran penting baik selama dan setelah perjuangan kemerdekaan. Pahlawan ini lahir di Kota Gadang pada tanggal 8 Oktober 1884.

Saat masih hidup, Haji Agus Salim memimpin organisasi Islam terbesar, Sarekat Islam, bergabung dengan PPKI, mengelola surat kabar, dan menjabat dalam berbagai kapasitas lainnya.

Agus Salim adalah seorang tokoh Indonesia yang fasih dalam beberapa bahasa. Pada tanggal 4 November 1954, pahlawan, seorang diplomat yang terampil, meninggal di Jakarta.

Sutan Syahrir 

Sutan Syahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 5 Maret 1909. Pahlawan nasional Indonesia ini memulai karir politiknya dengan mendirikan Jong Indonesia atau Pemuda Indonesia.

Sutan Syahrir terkenal atas bantuannya dalam menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia bersama Bung Karno dan Bung Hatta. Sutan Syahrir adalah perdana menteri pada awal kemerdekaan.

Dia dipenjara dan jatuh sakit selama Orde Lama. Syahrir dipindahkan ke Swiss untuk perawatan medis. Ia meninggal pada 9 April dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Moh. Yamin 

Muhammad Yamin lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada 24 Agustus 1903. Di Indonesia, Yamin adalah seorang pahlawan nasional, humanis, dan aktivis hukum yang terkenal.

M. Yamin juga pernah menjadi anggota BPUPKI dan Komite Sembilan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan Piagam Jakarta. Piagam Jakarta merupakan cikal bakal dan landasan bagi UUD 1945 dan Pancasila. Disebutkan pula bahwa M. Yamin telah diangkat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

M. Yamin meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1962. Meninggal dunia di Jakarta dan dimakamkan di Desa Talawi, Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia meninggal saat menjabat sebagai Menteri Penerangan. M. Yamin dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 1973 sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973.

Tuanku Imam Bonjol

Peto Syarif, yang juga dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol, lahir pada tahun 1772 di Desa Tanjung Bunga, Sumatera Barat. Dia adalah seorang ulama dan tokoh masyarakat di sana.

Imam Bonjol akhirnya melawan Belanda setelah konflik antara masyarakat adat dan kaum Padri (umat beragama). Dari tahun 1803 hingga 1838, ia berperang dengan kaum Padri.

Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, kemudian Ambon, dan terakhir Manado akibat pengkhianatan Belanda. Imam Bonjol wafat pada 6 November 1864 dalam usia 92 tahun.

Jendral Soedirman 

Bodas Karangjati adalah tempat kelahiran Jenderal Soedirman pada tanggal 24 Januari 1916. Ia adalah seorang panglima besar sekaligus jenderal pertama dan termuda di Indonesia. Jenderal Soedirman berjuang bersama pahlawan kemerdekaan lainnya melawan penjajah Jepang, Belanda, dan Sekutu ketika dia berusia 31 tahun.

Jenderal Soedirman bertempur dengan gagah berani, bahkan ketika dia sakit, dan melawan musuh bersama anak buahnya. Pada tanggal 29 Januari 1950 beliau meninggal dunia karena sakit di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, DI Yogyakarta.

Pangeran Diponegoro 

Raden Mas Ontowiryo adalah panggilan akrab Pangeran Diponegoro. Pada 11 November 1785, ia lahir di D.I. Yogyakarta.

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung Sultan Hamengkubuwono III, dan ia terkenal karena kepemimpinannya selama Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.

Perang tersebut memakan korban paling banyak dalam sejarah Indonesia. Belanda berkomplot pada tahun 1830 dengan berpura-pura mengundang Pangeran Diponegoro untuk berunding di Magelang. Dia ditangkap dan diasingkan ke Manado selama negosiasi. Dia kemudian dipindahkan ke Ujung Pandang, di mana dia meninggal pada 8 Januari 1985.

Selain dinobatkan sebagai pahlawan nasional, Pangeran Diponegoro mendapat beberapa penghargaan, di antaranya pendirian Museum Monumen Pangeran Diponegoro dan penggunaan namanya sebagai nama sekolah, nama jalan, nama universitas, dan nama stadion.


Itu dia 10 pahlawan kemerdekaan yang wajib kamu tahu sebagai warga negara Indonesia. Untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia tahun ini mari sambut hari kemerdekaan bersama TREVO! 🇮🇩 Sambut HUT RI yang ke 77 tahun dengan meriah dan 🎊MURAH🎊dengan promo-promo menarik dari TREVO.

Recommended Articles