Mudik: Asal Usul Kata

2 tahun terakhir kita terpaksa tidak mudik dan menahan diri berjumpa keluarga di kampung saat Idul Fitri. Negara sudah melakukan upaya untuk menghabisi virus ini dengan vaksin, tetapi kita masih jauh dari kata kemenangan total. Kita tetap harus bersabar dan melakukan pembatasan yang telah ditetapkan pemerintah, agar lebih cepat lagi kita bisa kembali normal dan menekan angka infeksi.

Kita melakukan mudik setiap tahun pada saat kondisi baik-baik saja. Dan dengan pembatasan ini, tim TREVO mempunyai sedikit waktu luang di liburan: Kok namanya mudik yah? Dan kita menerima itu saja tanpa mencari asal usul katanya.. HINGGA SEKARANG! Kalau kamu sama penasarannya dengan kita, ayo kita simak asal usulnya! 

Mudik: Menuju Udik

Dengan meledaknya urbanisasi pada awal abad ke-20, banyak wilayah yang bernama akhir udik atau ilir (utara atau hilir). Kebanyakan akhiran itu diganti dengan kata Melayu selatan atau utara. Contohnya seperti Meruya Udik, Meruya Ilir, Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, dan sebagainya.

Pada saat Jakarta masih bernama Batavia, suplai hasil bumi daerah kota Batavia diambil dari wilayah-wilayah di luar tembok kota di selatan. Karena itu, ada nama wilayah Jakarta yang terkait dengan tumbuhan, seperti Kebon Jeruk, Kebon Kopi, Kebon Nanas, Kemanggisan, Duren Kalibata, dan sebagainya. Para petani dan pedagang hasil bumi tersebut membawa dagangannya melalui sungai. Dari situlah muncul istilah milir-mudik, yang artinya sama dengan bolak-balik. Mudik atau menuju udik saat pulang dari kota kembali ke ladangnya.

Melalui kanal-kanal Jakarta, warga melakukan ‘mudik’ pada awal abad ke-20.
foto: https://bataviadigital.perpusnas.go.id/

Walau tahun ini tidak bisa mudik dan keluar Jabodetabek, jangan berkecil hati. Baca rekomendasi tempat tamasya Lebaran dari TREVO dengan mengklik tautan ini, dan pastikan sewa mobil di TREVO pada Lebaran ini karena TREVO menawarkan promo Lebaran! TREVO siap hadir untukmu sebagai alternatif bepergian yang aman dan murah dengan mobil pribadi dari ribuan host terdaftar!

——

Sumber-sumber yang dipakai saat penulisan artikel ini bisa diakses di:

Bataviadigital.perpusnas.go.id

Zaenuddin, H. M., & Zidane, M. (2012). 212 asal-usul Djakarta tempo doeloe

Recommended Articles